Huta Sillagan
Huta Sillagan

Huta Sillagan,Desa Wisata Hits Di Samosir

4
4 minutes, 43 seconds Read

Huta Sillagan adalah kampung adat Suku Batak Toba yang ada di Ambarita, Kabupaten Samosir. Untuk menuju ke lokasi ini sekitar 2 Km dari pelabuhan Ambarita.
Objek wisata ini, baru saja selesai ditata ulang oleh pemerintah hingga menjadi wisata unggulan di Sumatera Utara. Mulai dari rumah bolon, pusat souvenir, batu persidangan, dan sarana pendukung lainnya yang berada di Huta Siallagan telah diperbarui.

Dalam bahasa Batak, kata Huta dapat diartikan sebagai desa atau kampung. Jadi, bisa bisa diartikan Huta Siallagan adalah kampung masyarakat Batak yang bermarga Siallagan. Menurut kepercayaan Huta Siallagan ini adalah salah satu kampung kanibal di pulau Samosir.

Lokasi Huta Siallagan memiliki luas kurang lebih 2.000 meter persegi yang dikelilingi oleh tembok batu yang disusun bertingkat setinggi 2 meter.(sumber : detik.com)

Cagar Budaya Pelestari Adat Batak

Huta Siallagan, sebuah desa adat batak yang Indah berlokasi di Ambarita, Pulau Samosir, Sumatera Utara. Tak hanya menyimpan bangunan-bangunan adat Batak yang indah dan penuh nuansa budaya, di Huta Siallagan, pengunjung bisa melakukan tari tor-tor, menyewa ulos, dan membeli cindera mata khas Batak untuk oleh-oleh.

Wisata Danau Toba tidak akan lengkap tanpa mengunjungi pulau Samosir. Banyak pengunjung lebih memilih untuk mengambil opsi yang lebih indah dan tinggal di pulau yang luar biasa ini.

Sebagai rumah asli masyarakat Batak Toba, pulau ini memiliki banyak jejak sejarah seperti kuburan batu dan perkampungan adat, seperti di Ambarita yang memiliki halaman dengan furnitur batu dimana pada jaman dahulu para narapidana diadili dan dipenggal. Atau kunjungi Simanindo di mana tarian dan musik ritual Batak ditampilkan.

Di sinilah Anda dapat menemukan budaya Toba yang unik dan kuno. Di Tomok Anda bisa menemukan kenang-kenangan dan kerajinan Batak. Belilah syal tenun tangan merah dan hitam khas yang disebut ulos– yang masih digunakan hingga saat ini pada acara-acara penting siklus hidup-, kalender Batak dari rotan, ukiran kayu, dan lainnya. Samosir dapat diakses dengan feri reguler dari Parapat. Perahu juga sering berkeliling pulau secara teratur.

Desa Adat Batak di Samosir yang Indah

Danau Toba merupakan salah satu danau terluas di dunia. Keindahan danau ini sudah terkenal tidak hanya di kalangan masyarakat Indonesia, namun juga mencapai wisatawan asing. Danau sangat luas dengan air kehijauan, dikelilingi oleh bukit-bukit hijau, dan yang paling unik terdapat pulau di tengah-tengah danau. Pulau Samosir, nama Pulau tersebut. Tak hanya dikaruniai keindahan alam karena berada di tengah-tengah Danau Toba, pulau ini pun sarat dengan kekayaan budaya Batak, salah satu suku di Indonesia yang berasal dari wilayah Sumatera Utara.

Huta Sillagan

Salah satu bukti kentalnya nuansa budaya Batak di Pulau ini bisa dilihat di Huta Siallagan, salah satu desa di daerah Ambarita, Pulau Samosir, yang menampakkan keaslian bangunan-bangunan adat dan juga pagelaran budaya Batak. Menurut pemandu wisata di desa ini, Huta artinya desa/kampung, dan Siallagan adalah nama marga raja pendiri desa tersebut. Marga pendiri huta disebut marga raja atau marga tano. Marga-marga lain yang juga tinggal di huta dinamakan marga boru. Siallagan sendiri adalah marga Batak Toba keturunan dari Raja Nai Ambaton yang mengikuti garis keturunan Raja Isumbaon, putra kedua Si Raja Batak.

Huta Siallagan

Di Huta Siallagan, penulis melihat rumah-rumah adat berbaris, tanpa diberikan sekat ataupun pagar. Informasi yang penulis dapat, filosofis rumah tak berpagar adalah masyarakat yang tinggal dalam satu huta terikat bersama, tidak bersekat dan tidak berpisah, menjadi satu kesatuan. Dengan begitu, mereka saling membantu, saling menjaga, dan menyelesaikan masalah bersama.

Rumah adat yang ada di Huta Siallagan terdiri dari 3 jenis, yaitu Rumah Bolon, Rumah Siamporik, dan Rumah Sibola Tali. Rumah Bolon bentuknya lebih besar, tangga dari dalam dan dihuni oleh raja dan anaknya. Rumah Siamporik, bentuknya lebih kecil, tangga dari luar, dihuni oleh keluarga yang diundang tinggal di huta itu (boru, bere, dan marga siallagan yang bukan keturunan raja). Sedangkan rumah Sibola Tali bentuknya lebih langsing dan kecil, dihuni oleh kerabat raja (anak laki-laki), bedanya dengan rumah bolon adalah anak sulung laki-laki yang berhak tinggal dan memilikinya.

Huta Sillagan

Salah satu ciri khas dan juga merupakan bangunan terkenal dari Huta ini, adalah adanya batu kursi atau batu persidangan dan batu parhapuran, dan dikelilingi tembok batu setinggi 1,5 meter. Batu persidangan ini merupakan tempat raja Siallagan zaman dahulu mengadili penjahat. Di samping kursi persidangan tumbuh pohon yang disebut sebagai pohon kebenaran, yang merupakan Pohon Hariara.

Selain dari rumah dan batu persidangan, di dalam kompleks ini juga terdapat makam raja Siallagan dan keturunannya, beberapa makam masih terbuat dari batu, seperti masa megalitikum. Selain itu area eksekusi untuk menghukum penjahat yang sudah diadili, rumah untuk memasung penjahat, berbagai totem dari kayu, dan tidak ketinggalan boneka Sigale-gale.

Menurut pemandu, boneka Sigale-gale memiliki keunikan yaitu dapat menari bahkan mengeluarkan air mata dan dapat bergerak sendiri saat ritual tertentu. Ritual tersebut memiliki tujuan untuk memanggil arwah yang sudah meninggal. Karena memang tidak ada upacara pemanggilan arwah, maka penulis tidak bisa menyaksikan boneka ini bergerak sendiri.

Huta Sillagan

Namun meski tidak bisa menonton pertunjukan boneka sigale-gale menari, pengunjung tetap bisa menonton pertunjukan tarian tor-tor, bahkan ikut Manortor (menari tor-tor). Dalam kompleks, disediakan pemandu tari yang akan mengajari dan memandu pengunjung untuk melakukan tarian. Tidak hanya itu, pengunjung bisa memakai topi dan selendang ulos, sehingga nuansa adat batak lebih terasa.

Melihat langsung rumah dan bangunan adat batak dan melakukan atau menonton tarian adat batak merupakan pengalaman yang sangat menarik yang penulis rasakan. Sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia, Huta Siallagan, bersama dengan cagar budaya lainnya sudah semestinya kita lestarikan, agar anak cucu kita nanti masih dapat berkesempatan mengenal dan menikmati keindahan bangunan dan pertunjukan budaya khas di Indonesia. (sumber : itjen.kemdikbud.go.id)

Similar Posts

4 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page

× Tour Danau Toba Murah,WA : 0852 7012 6984